Budidaya PARIA( Momordica charantia L.)
Meskipun prospek dan peluang pasar cukup luas, namun
kultur budidaya tanaman ini masih sebagai tanaman sampingan. Pada awalnya
budidaya tanaman pare dilakukan dalam skala kecil, dilahan pekarangan dan
tegalan dengan pemeliharaan yang kurang intensif. Namun dibeberapa daerah
penanaman pare mulai dilakukan dengan intensif dalam skala yang cukup luas.
Buah yang memiliki rasa pahit dengan bentuk buah
panjang serta bergerigi ini, ternyata memiliki kandungan gizi dan vitamin yang
cukup. Buah pare juga mengandung
kandungan obat-obatan, diantaranya dapat digunakan untuk mengatasi penyakit
diabetes, darah tinggi, dan sebagai penurun panas.
Syarat
Tumbuh
Tanaman pare pada umumnya dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik didaerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter dari permukaan
air laut. Suhu yang ideal adalah 18 – 24 derajat Celsius, penyinaran matahari
penuh dan tidak ternaungi. Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk
budidaya tanaman pare. Namun tanah yang paling baik adalah tanah lempung
berpasir dengan kandungan bahan organik yang cukup, drainase yang baik dengan
tingkat keasaman atau pH tanah 5 – 6.
Peram
& Persemaian Benih Pare
Benih pare yang digunakan sebaiknya benih yang
memiliki daya tumbuh minimal 80%. Benih pare memiliki kulit yang cukup keras
dan sebelum dilakukan pemeraman pecahkan kulit luar pada bagian pangkal benih
tempat keluarnya calon akar, dengan menggunakan alat pemotong kuku dengan
hati-hati.
Kemudian rendam benih dalam larutan fungisida selama
10 – 15 menit. Setelah 10 – 15 menit benih diperam pada kertas peram dan
masukan kedalam kain handuk yang telah dibasahi dan simpan pada suhu kamar
antara suhu 27 – 28 derajat Celsius.
Bersamaan dengan pemeraman, siapkan media semai. Media
semai dibuat dengan menggunakan campuran tanah halus dan kompos, perbandingan 1
banding 1, atau menggunakan media semai lain yang mempunyai struktur ringan dan
aerasi baik, seperti : serbuk sabut kelapa, serbuk kayu, dan lain-lain.
Setelah 2 – 3 hari, benih pare yang diperam dan telah
mengeluarkan calon akar, semai pada media semai yang telah disiram terlebih
dahulu. Persemaian dapat juga dilakukan dengan memasukan benih pada media semai
tanpa dilakukan pemeraman terlebih dahulu. Benih yang telah diletakan pada
media semai di tutup dengan plastik hitam perak. Setelah 1 – 2 kali 24 jam,
benih tampak berkecambah plastik pemutup dibuka.
Siram persemaian setiap pagi dan sore sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit persemaian,
lakukan penyemprotan pestisida dengan setengah dosis anjuran.
Persiapan
lahan & Pindah Tanam
Lahan yang digunakan sebaiknya lahan yang bersih dari
bekas tanaman lama. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma lakukan pembersihan
baik secara mekanis maupun secara kimiawi. Apabila lahan yang akan digunakan
banyak ditumbuhi gulma, lakukan penyemprotan hebisida. Untuk memberantas gulma
secara cepat dan tuntas, gunakan herbisida . Dan untuk memberantas
gulma sampai akar-akarnya semprot dengan herbisida sistemik. Olah lahan dengan membajak atau mencangkul lahan sebaik
mungkin untuk memperbaiki aerasi tanah dan kemudian diratakan sehingga tanah
menjadi remah.
Bedengan dibuat dengan sistem ”tangkupan”,dengan lebar
bedengan 1 meter, jarak antar bedengan 2-3 meter dan jarak antar tanaman 60 -
70 cm. tinggi bedengan 20 - 30 cm. Berikan pupuk kandang 7,5 - 10 kg per 10
meter persegi bedengan dan kapur pertanian atau dolomit, 10 – 15 kg per 10
meter bedengan atau disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan pH tanah.
Kebutuhan pupuk dasar adalah urea 3 kg, SP36, 2 kg dan
Kcl, 2 kg per 10 meter persegi bedengan. Pupuk dasar dapat juga menggunakan
pupuk NPK dengan dosis 3 kg per 10 meter bedengan. Campur, ratakan dan
selanjutnya lakukan pemasangan plastik mulsa. Benih yang telah disemai dan
telah memiliki 2 daun sempurna, bibit siap dipindah tanam.
Buat lubang tanam sedalam 8 – 10 cm dengan jarak antar
tanaman 1 meter, dan tebarkan butiran insektisida pada lubang tanam untuk
mencegah serangan ulat tanah. Seleksi bibit yang akan ditanam berdasarkan
kesehatan dan besar kecil bibit, kemudian celupkan bibit yang telah diseleksi
pada larutan fungisida untuk mencegah serangan penyakit damping off
atau rebah semai. Tanam bibit pada lubang tanam dengan hati-hati agar perakaran
bibit tidak rusak. Bersamanan tanam, pasang para-para atau net yang berfungsi
untuk tempat menjalarnya tanaman sehingga buah dapat menggantung dan terbentuk
dengan sempurna.
Pemeliharaan
Tanaman
Untuk pertumbuhan yang lebih optimal, tanaman pare
perlu dilakukan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman pare diantaranya :
• Pengikatan
tanaman
• Pengairan
• Pemupukan
susulan
• Pemangkasan
dan pewiwilan
• Pengendalian
hama penyakit tanaman
Pada
awal pertumbuhnya, tanaman pare perlu dilakukan pengikatan pada lanjaran.
Pengikatan ini bertujuan untuk menjalarkan tanaman
pada lanjaran dan agar buah dapat tumbuh pada para-para yang telah disediakan.
Untuk pertumbuhannya, tanaman pare membutuhkan pengairan yang cukup. Setelah
tanam dan sampai fase pembungaan, pengairan dilakukan 2 kali dalam seminggu.
Dan setelah pembuahan, pengairan dilakukan 1 kali seminggu.
Pemupukan susulan perlu dilakukan untuk menyediakan
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhan vegetatif dan
generatifnya. Saat tanaman berumur 7, 21, 35 dan 50 hari setelah tanam,
pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk NPK 15 gram tiap tanaman. Dan untuk
memacu pertumbuhan tanaman, semprot tanaman dengan ZPT mulai umur 0 – 14 hari
setelah tanam. Saat tanaman berumur 30 – 40 hari setelah tanam, perlu dilakukan
pemangkasan.
Pewiwilan tanaman pare dilakukan dengan cara memangkas
semua cabang samping sekitar 30 cm dari pangkal tanaman, pemangkasan juga
dilakukan pada cabang yang sudah tua dan tidak produktif serta cabang yang
terkena serangan penyakit, pemangkasan ini bertujuan untuk merangsang tumbuhnya
tunas baru. Selain pemangkasan, buah pare muda diajurkan untuk dibungkus dengan
plastik atau kertas. Pembungkusan ini bertujuan mencegah serangan lalat buah
dan serangga lainnya, agar kualitas buah tetap terjaga.
Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman Pare
Serangan hama dan penyakit pada tanaman pare hampir
jarang ditemukan. Kalaupun ada itu pada tanaman yang tidak dirawat dan kondisi
tanaman yang lemah.
Hama yang biasa menyerang adalah :
• Lalat
Buah
• Kutu
Kebul
• Ulat
Buah dan Daun
• Thrips
Sedangkan penyakit yang biasa menyerang adalah :
Sedangkan penyakit yang biasa menyerang adalah :
• Layu
Fusarium
• Downy
Mildew
• Bercak
Cercospora
Lalat
Buah
Hama lalat buah menyerang buah pare dengan meletakan
telur pada buah, dan telur akan menjadi larva. Larva akan memakan buah pare
dari dalam sehingga buah membusuk. Untuk pengendalian dianjurkan menyemprotkan
insektisida. Pencegahan dapat dilakukan dengan
membungkus buah pare dengan menggunakan kertas atau plastik.
Kutu
Kebul dan Thrips
Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan
daun sehingga daun menjadi keriting dan kering. Selain itu hama kutu kebul dan
thrips merupakan vector virus. Untuk pencegahan dan pengendalian dianjurkan
untuk menyemprotkan insektisida .
Ulat
Buah dan Ulat daun
Hama ulat Plutella xylostella menyerang
daun dan buah dengan memakan jaringan daun dan buah dengan melubangi buah.
Untuk pencegahan dan pengendaliannya, dianjurkan menyemprotkan insektisida.
Layu
Fusarium
Tanaman yang terserang penyakit ini, akan nampak
bercak kuning kecoklatan dan basah pada pangkal batang. Tanaman akan layu dan
kemudian mati. Untuk pencegahannya, gunakan benih pare yang tahan terhadap
penyakit layu dan telah ditreatment dengan fungisida.
Downy
Mildew & Bercak daun Cercospora
Tanaman yang terserang penyakit Downy mildew ini,
daun akan berwarna kuning kemudian menjadi coklat dan kering. Dan apabila daun
terserang bercak cercospora, daun akan terdapat bercak-bercak putih dengan
tengah berwarna coklat, kemudian daun akan mengering. Untuk pencegahan dan
pengendalian dianjurkan menyemprotkan fungisida.
Panen
dan pasca panen
Tanaman pare mulai dipanen umur 50 - 60 hari setelah
tanam. Buah yang siap untuk dipanen adalah buah yang memiliki ukuran buah yang
maksimal. Pemanenan dapat dilakukan dengan interval 2 kali seminggu dan
biasanya dapat dipanen sebanyak 12 sampai 14 kali. Setelah panen buah pare
segera dipasarkan, karena pada umumnya buah pare hanya tahan simpan sampai 2 -
3 hari.
No comments:
Post a Comment